Jumat, 03 Oktober 2014

KHASANAH TQN MURSYID KE 39

Hiruk pikuk masa kampanye pemilihan Presiden Republik Indonesia (RI) tahun 2014 ini telah banyak menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat terkait siapa yang akan dipilih menjadi Presiden untuk memimpin Indonesia periode lima tahun ke depan. Dasar Ajaran Cinta Negara Bagi Ikhwan Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, sebagai warga negara yang baik, diwajibkan untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum untuk menyalurkan aspirasinya demi kejayaan Agama dan Negara, sesuai sabda pengersa Guru Abah Sepuh, "Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemuliaan dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur dhohir maupun bathin". Karena memilih Presiden adalah merupakan wujud ketaataan terhadap agama, sebagaimana sabda beliau, "Ta’atilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam agama maupun negara". (Tanbih). Partisipasi dan kepedulian terhadap aktifitas kenegaraan adalah perwujudan cinta terhadap Negara, sebagaimana Firman Alloh SWT, "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa.." (Al Baqarah :126). Juga Firman-Nya "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (Ibrahim : 35). Dan juga sabda Rosullulloh SAW.,“Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah” (HR. Bukhari). Dasar Untuk Menentukan Pilihan Pro dan Kontra ini tak terkecuali juga terjadi di kalangan para ikhwan TQN PPS. Mereka berpendapat dengan pemahaman dan sudut pandangnya masing-masing terkait 2 pasang Calon Presiden RI, yaitu Prabowo-Hatta, nomor urut 1 dan Jokowi-Jusuf Kalla, nomor urut 2. Untuk itulah pengersa Guru Abah Aos, Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul al Qodiri An Naqsyabandi, ra. telah menentukan pilihannya, yaitu pasangan calon nomor urut 1 Prabowo-Hatta. Terhadap pilihan pengersa Guru tersebut, beragam ikhwan menyikapinya, bagi yang kebetulan pilihannya sama tentu semakin memantapkan pilihannya, bagi yang belum menentukan pilihan menjadi mantap pilihannya, dan bagi yang kebetulan tidak sama pilihannya, ada yang menjadi bimbang alias "galau", namun ada juga yang tanpa ragu tetap dalam pilihannya. Oleh karenanya dalam jejaring sosial (facebook), ada seorang ikhwan yang menyampaikan kekecewaannya dalam menerima kenyataan bahwa ada seorang ikhwan yang selama menjelang Pilpres ini selalu bersama pengersa Guru, eh ternyata sekarang pilihannya berbeda dengan pengersa Guru. Ikhwan yang dimaksud tak lain adalah Bapak Dahlan Iskan, Menteri BUMN dalam Kabinet Indonesia Bersatu, yang memang sebelumnya salah satu peserta Konvensi Partai Demokrat untuk calon Presiden RI, dan menjadi pemenangnya, namun beliau gagal menjadi calon dikarenakan partai yang menaunginya tidak jadi mencalonkan wakilnya untuk maju dalam Pilpres. Menanggapi kekecewaan ikhwan tersebut, alfaqir memberikan tanggapan, "Bagi ikhwan yang memang Ahli dibidangnya, tentu mereka berhak untuk menentukan pilihan berdasarkan ijtihad politiknya. Namun bagi kita ikhwan yang bukan Ahli, mengikuti pengersa Guru itu lebih baik, karena disinilah letak rahasianya. Apa sih rahasianya? Rahasia Lautan Tanpa Tepi Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa, partisipasi dalam pemilihan umum, selain hak konstitusi sebagai warga nergara, juga merupakan perwujudan ketaatan ke Hadlirat Ilahi Rabbi yang membuktikan perintah dalam Agama dan Negara. Artinya partisipasi kita dalam pemilu tersebut merupakan ibadah kepada Allloh SWT., dalam melakukan ibadah kepada Alloh tentunya harus sesuai dengan petunjuknya, yaitu fiqihnya harus benar. Bukankah syarat diterimanya ibadah kepada Alloh adalah karena Ikhlas hanya kepada Alloh dan ada contohnya pada diri Rosullulloh SAW. Artinya yang penting adalah PROSESNYA yang harus benar, sedangkan HASILNYA, mutlak menjadi HAK PREROGATIF ALLOH AZZA WAJALLA. Banyak orang menganggap bahwa seorang Waliyulloh itu harus selalu Sakti Mandraguna. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa, seorang Waliyulloh itu salah satu buktinya ialah memiliki Karomah atau sesuatu keluarbiasaan yang terjadi pada dirinya, namun kita jangan lupa bahwa para Waliyulloh juga mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasa dalam berinteraksi dengan manusia pada umumnya. Untuk hal ini saya teringat dengan kata-kata seorang Kyai, "Kita ini sering mengidentikkan bahwa seorang Wali itu manusia yang sakti, mungkin ini akibat nonton film tentang Wali yang sakti mandraguna? Padahal yang membuat film pun tidak tahu Wali? Coba sekali-sekali diangkat cerita tentang Wali yang sedang sakit perut, atau Wali yang sedang menggiring ternaknya masuk ke kandang". Demikian ucap Kyai tersebut. Pernah juga beberapa tahun yang lalu tepatnya Pilpres tahun 2004, dimana waktu itu salah satu calon presiden yaitu Bapak Wiranto, beliau bolak-balik ke Suryalaya bertemu dengan pengersa Abah Anom untuk memohon doa restu. Dan memang betul, secara resmi Abah mendukung Bapak Wiranto sebagai calon Presiden RI pada Pemilu tahun 2004. Sebenarnya pada saat itu ada salah satu calon yang sangat kuat yaitu Bapak SBY yang secara diam-diam silaturahmi ke pengersa Abah, namun tidak banyak diliput oleh Media. Dalam sebuah obrolan saat selesai melaksanakan sholat Jumat, ada seorang Kyai yang berujar, "Kalau Wiranto benar-benar jadi Presiden, saya akan angkat Topi pada Abah Anom". Ujarnya berharap. Setelah Pemilu Presiden selesai, ternyata yang menjadi Presiden adalah Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Akhirnya timbulah pertanyaan, "Apakah doa Abah tidak manjur? "Kalau benar Wali kenapa koq doanya gak sakti? Terhadap ini kami memberikan jawaban yaitu, "Terpilih atau tidak calon yang beliau pilih, tidak akan sedikitpun mengurangi keagungan beliau di sisi Alloh SWT.! Bukankah itu semua masih urusan dunia? Urusan pilih memilih jabatan di dunia itu urusan kecil. Sedangkan Wali lebih dari itu, tidak hanya lingkup Indonesia, akan tetapi menyangkup seluruh umat Islam, tidak hanya umat Islam, akan tetapi meliputi seluruh dunia, tidak hanya seluruh dunia, akan tetapi meliputi seluruh alam, yaitu alam mulki, alam jabarut, alam malakut, bahkan tembus ke alam lahut". Ikhwan wa Akhwat, sekali lagi yang PENTING PROSESNYA bukan HASILNYA. Bagi kita yang ikut pengersa Guru, justru disinilah letak rahasianya, karena dengan kita ikut pewarisnya sama halnya kita ikut Junjunan kita Syayyidina Wasyafi'ina, Wamaulana Muhammad SAW. Sebagaimana sabda beliau, "Ulama itu pewaris Nabi". (HR. Turmudzi). Orang-orang yang berada dibarisannya, itulah orang-orang yang benar, meskipun belum tentu perjuangannya membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Sebagai contoh, pada perang Uhud umat Islam menderita kekalahan dalam perang. Akan tetapi, meskipun mereka mendapat kakalahan, nama mereka selalu harum sebagai Syuhada, sampai dengan sekarang mereka selalu dikenang sebagai pahlawan perang yang mulia karena berada dalam barisan Rosululloh SAW. Ikhwan wa Akhwat, ketahuilah bahwa bagi kita sebagai murid, kalau kita IKUT GURU kita langsung MENANG, sebagaimana sabda beliau, "USAI ABAH NYOBLOS, ABAH LANGSUNG MENANG GAK PERLU MENUNGGU QUICK COUNT, SILAHKAN DICATAT". Demikianlah sedikit pemikiran ini kupersembahkan khususnya kepada para Ikhwan TQN PPS agar kita tidak terjebak dalam hiruk pikuknya dunia ini. Namun semua ini sebagai perwujudan kerelaan terhadap Hadlirat Illahi Robbi yang membuktikan perintah dalam Agama dan Negara. Demi tegaknya POHON ANTI GEMPA sesuai Frman-Nya, "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan." (Huud :117). Kita tentu saja berharap dengan sepenuh keyakinan, bahwa apa yang telah menjadi pilihan pengersa Guru akan mendapat Ridho Alloh SWT. Aamiin. Syekh Siti Jenar, Wali Allah & Pejuang Islam Yang Difitnah SESAT (Copas) Syaikh Siti Jenar adalah seorang sayyid atau habib keturunan dari Rasulullah Saw. Nasab lengkapnya adalah Syekh Siti Jenar [Sayyid Hasan ’Ali] bin Sayyid Shalih bin Sayyid ’Isa ’Alawi bin Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin Sayyid ’Abdullah Khan bin Sayyid Abdul Malik Azmat Khan bin Sayyid 'Alwi 'Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shohib Mirbath bin Sayyid 'Ali Khali Qasam bin Sayyid 'Alwi Shohib Baiti Jubair bin Sayyid Muhammad Maula Ash-Shaouma'ah bin Sayyid 'Alwi al-Mubtakir bin Sayyid 'Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid 'Isa An-Naqib bin Sayyid Muhammad An-Naqib bin Sayyid 'Ali Al-'Uraidhi bin Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin Imam 'Ali Zainal 'Abidin bin Imam Husain Asy-Syahid bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya. Dan Syaikh Siti Jenar kecil berhasil menghafal Al-Qur’an usia 12 tahun. Kemudian ketika Syaikh Siti Jenar berusia 17 tahun, maka ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Tiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih, diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Saat itu. Kesultanan Malaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka. Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sekaligus pergantian mufti baru dari Sayyid Sholih [ayah Siti Jenar] kepada Syaikh Syamsuddin Ahmad. Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya yaitu Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad. Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon adalah sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dari sanad Utsman bin ’Affan. Sekaligus Penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun. Pada saat itu Mursyid Al-Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyah ada 4 orang, yaitu: 1. Maulana Malik Ibrahim, sebagai Mursyid Thariqah al-Mu’tabarah al-Ahadiyyah, dari sanad sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, untuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan sekitarnya 2. Sayyid Ahmad Faruqi Sirhindi, dari sanad Sayyidina ’Umar bin Khattab, untuk wilayah Turki, Afrika Selatan, Mesir dan sekitarnya, 3. Sayyid Kahfi, dari sanad Sayyidina Utsman bin ’Affan, untuk wilayah Jawa Barat, Banten, Sumatera, Champa, dan Asia tenggara 4. Sayyid Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ja’far al-Bilali, dari sanad Imam ’Ali bin Abi Thalib, untuk wilayah Makkah, Madinah, Persia, Iraq, Pakistan, India, Yaman. Kitab-Kitab yang dipelajari oleh Siti Jenar muda kepada Sayyid Kahfi adalah Kitab Fusus Al-Hikam karya Ibnu ’Arabi, Kitab Insan Kamil karya Abdul Karim al-Jilli, Ihya’ Ulumuddin karya Al-Ghazali, Risalah Qushairiyah karya Imam al-Qushairi, Tafsir Ma’rifatullah karya Ruzbihan Baqli, Kitab At-Thawasin karya Al-Hallaj, Kitab At-Tajalli karya Abu Yazid Al-Busthamiy. Dan Quth al-Qulub karya Abu Thalib al-Makkiy. Sedangkan dalam ilmu Fiqih Islam, Siti Jenar muda berguru kepada Sunan Ampel selama 8 tahun. Dan belajar ilmu ushuluddin kepada Sunan Gunung Jati selama 2 tahun. Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Ahadiyyah dengan sanad Utsman bin ’Affan. Di antara murid-murid Syaikh Siti Jenar adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain-lain. KESALAHAN SEJARAH TENTANG SYAIKH SITI JENAR YANG MENJADI FITNAH adalah: 1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syari’at Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang]…. 2. “Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “Fana’ wal Baqa’. Fana’ Wal Baqa’ sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti. Istilah Fana’ Wal Baqa’ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: ”Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu”, artinya “Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah”. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana’ wal Baqa’, Tauhid Qur’ani dan Tauhid Syar’iy. 3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, “Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “Allah..Allah..Allah” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at”. 4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: “Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh. 5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama.” Tidak bisa diterima akal sehat. Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syi’ah, antara Ulama’ Syari’at dengan Ulama’ Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas: 1. Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali] 2. Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak] 3. Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar] Wahai kaum muslimin...melihat fenomena seperti ini, maka kita harus waspada terhadap upaya para kolonialist, imprealis, zionis, freemasonry yang berkedok orientalis terhadap penulisan sejarah Islam. Hati-hati....jangan mau kita diadu dengan sesama umat Islam. Jangan mau umat Islam ini pecah. Ulama’nya pecah. Mari kita bersatu dalam naungan Islam untuk kejayaan Islam dan umat Islam. Guruku Ahlussunnah Waljamaah Bismillaahirrohmaanirrohiim, Qalallohu ta'alaa fil qur'anil azhim, a'udzubillaahi minasyaithoonirrojiim. Artinya :"Ada diantara umatku yang kami jadikan itu mendapat petunjuk sepanjang yang hak dan oleh karena itu mereka berbuat adil". (QS. Al-A'raf : 181). Artinya :"Aku tidak jadikan jin dan manusia itu, keculai untuk menyembah daku". (QS. Az-Zaariyaat : 56). Waqoolan nabiyyu Saw. : Artinya : "Dukacita kerena umatku yang pada akhir zaman akan terpecah-pecah menjadi 73 golongan". Dari Abdulla bin Zaid, dari Abdullah bin Umar diterangkan bahwa Rosullulloh Saw., bersabda : "Bani Isra'il akan pecah dalam 71 golongan, Nasrani akan pecah dalam 72 golongan, dan umatku akan pecah dalam 73 golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka, kecuali satu golongan. Orang bertanya : Manakah yang satu golongan itu? Rosullulloh Saw. berkata : "Ialah yang seperjalanan dengan daku dan sahabatku". (HR. Abu Daud, at-Tarmizi, al-Hakim, dan Ahmad)-Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, Qs.dalam kitabnya Miftahussudur). 73 Golongan Umat Muhammad SAW. Tersebut dalam Kitab Bugyatul Mustarsyidin, karangan Mufti Syaik Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, yang masyhur dengan gelar Ba'Alawi, pada pagina 398, cetakan Mathba'ah Amin Abdul Majid Cairo (138 H), bahwa 72 firqoh yang sesat itu berpokok pada 7 firqoh, yaitu : 1. Kaum Syi'ah, yaitu kaum yang berlebih-lebihan memuja Syaidina 'Ali Karamallohu Wajhah. Mereka tidak mengakui Khalifah-khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman, Rodiyallohu'anhum. Kaum Syi'ah berpecah menjadi 22 aliran. 2. Kaum Khawarij, yaitu kaum yang berlebih-lebihan membenci Syaidina 'Ali Kw. bahkan ada diantaranya yang mengkafirkan Syaidina 'Ali Kw. Firqoh ini berfatwa bahwa orang-orang yang berbuat dosa besar menjadi kafir. Kaum Khawarij berpecah menjadi 20 aliran. 3. Kaum Mu'tazilah, yaitu kaum yang berpaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, bahwa Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata di syurga, bahwa orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan diantara dua tempat, dan mi'raj Nabi Muhammad hanya dengan ruh saja, dan lai-lain. Kaum Mu'tazilah berpecah menjadi 20 aliran. 4. Kaum Murji'ah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat ma'syiat (kedurhakaan) tidak memberi mudhorat kalau sudah beriman, sebagai keadaannya membuat kebaikan tidak memberi manfa'at kalau kafir. Kaum Murji'ah berpecah menjadi 5 aliran. 5. Kaum Najariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yakni dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada. Kaum Najariyah pecah menjadi 3 aliran. 6. Kaum Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa manusia "Majbur" artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. Kaum Jabariyah ini hanya 1 aliran saja. 7. Kaum Musyabbihah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, umpamanya bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik tangga, turun tangga, dan lain-lainnya. Kaum Musyabbihah ini hanya 1 aliran saja. Jadi, jumlah keseluruhan aliran sesat dalam Islam sebanyak 72 aliran. Satu aliran yang selamat, yaitu Ahlussunnah Waljamaah. Jadi total jumlah firqoh menjadi 73 aliran. Ahlussunnah Waljamaah Ahlussunnah Waljamaah adalah satu golongan yang dimaksud oleh Rosullullah Saw. : "ialah orang yang seperjalanan dengan daku dan sahabatku." Yang dimaksudkan seperjalanan dengan Rosullulloh Saw. ialah; "Ahlussunnah"," sedangkan yang dimaksudkan dengan seperjalanan dengan sahabat ialah; "Waljamaah". Jadi orang yang seperjalanan dengan (meliputi ucapan dan perilaku) Rosullulloh Saw. ,dan seperjalanan meliputi sesuatu yang telah disepakati oleh para sahabat Rosullulloh Saw. (Khulafa’ Al-Rasyidin) disebut dengan Ahlussunnah Waljamaah. (Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah li Thalibi Thariq Al-Haqq, Juz 1, Hal 80). I'tiqod Ahlussunah Waljamaah I.tiqod (paham) Kaum Ahlussunnah Waljamaah yang telah disusun oleh Imam Abu Hasan al Asy'ari, terbagi beberapa bagian, yaitu : 1. Tentang Ketuhanan, yaitu wajib mempercayai 20 sifat wajib (mesti ada pada Alloh), 20 sifat mustahil (tidak mungkin ada pada Alloh), dan 1 sifat harus (boleh ada-boleh tidak) pada Alloh. 2. Tentang Malaikat-malaikat, yaitu wajib meyakini bahwa malaikat jumlahnya banyak tidak terhitung, dan wajib mengetahui 10 malaikat utama; jibril, mikail. isrofil, izro'il, munkar dan nakir, rokib dan 'atid, malik, dan ridwan. 3. Tentang Kitab-kitab Suci, yaitu percaya kepada kitab suci Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa As., Zabur yang diturunkan kepada Nabu Daud As, Injil yang diturunkan kepada Nabi 'Isya As., dan Al Qu'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. 4. Tentang Rasul-rasul, wajib mempercayai kepada 124.000 Nabi dan 315 Rosul. Permulaannya adalah Nabi Adam As. dan penutupnya adalah Nabi Muhammad Saw. Wajib mengetahui 25 orang Nabi dan Rosul. 5. Tentang Hari Akhirat, yaitu percaya pada Hari Kiamat, Kematian (Ajal) yang sudah ditetapkan, Alam Kubur (Siksa Kubur), berkumoul di padang masyhar, timbangan amal baik dan amal buruk (hisab), melewati jembatan "Siratholmustaqim" di atas neraka, orang sholeh masuk ke syurga, orang durhaka tergelincir masuk neraka, orang kafir kekal di neraka, orang Islam akan masuk syurga setelah disiksa di neraka, orang sholeh akan ditambah nikmat karunia milihat Tuhan di syurga, yang di dalam syurga kekal selama-lamanya dan yang di dalam neraka kekal selama-lamanya. 6. Tentang Qodho dan Qodar, yaitu percaya bahwa segala sesuatu (baik dan buruk) telah ditetapkan oleh Alloh Swt tidak seorangpun yang sanggup merubahnya. Demikianlah ketrangan singkat tentang I'toqod Ahlussunnah Waljamaah.(Buku I'tiqad Ahlussunnah Waljamaah, karangan KH. Sirajuddin Abbas) Berdasarkan keterangan tersebut di atas bahwa umat Rosululloh Saw. yang beri'tiqod ahlussunnah waljamaahlah satu-satunya umat Rosullulloh Saw. yang selamat, sedangkan yang lainnya tidak akan selamat sehingga akan masuk neraka. Hadist ini banyak disalah artikan oleh sebagian kelompok golongan, yaitu dengan mengklaim bahwa kelompok golongannyalah yang pantas disebut Ahlussunnah Waljamaah sehingga mereka menyerang dan menghakimi kelompok golongan lain yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat. Ibadah Ahlussunnah Waljamaah Ahlussunnah waljamaah, ibadah mereka meliputi minimal enam ibadah lahir dan enam ibadah batin, yaitu sebagai berikut : Enam Ibadah Lahir : 1. Mengucapkan dua kalimah syahadat. 2. Mendirikan sholat yang lima waktu. 3. Membayarkan zakat yang diwajibkan. 4. Berpuasa di bulan Romadhan. 5. Melaksanakan ibadah Haji. 6. Melaksanakan Jihad fii sabilillah. Enam Ibadah Batin : 1. Taubat. 2. Qonaah. 3. Zuhud. 4. Tawakkal. 5. Muhafazhoh Alassunnah. 6. Ta'allamu Ilmi. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa sesungguhnya aktivitas menuntut ilmu adalah aktivitas hati, sholat yang samar dan ibadah batin kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana sholat tidak sah tanpa kebersihan jasad dari hadats dan najis, begitu pula mencari ilmu tidak sah tanpa kebersihan batin dari kotoran akhlaq dan najisnya sifat. Sekiranya, hati tercemari dengan unsur-unsur negatif yang dapat merusak kemurnian hati, hal ini bisa menyebabkan sukar menerima ilmu. Karena pada dasarnya ilmu bersifat suci. (Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, hal. 26). Nah, kalau umat Rosullulloh Saw. beri'tiqod ahlussunnah waljamaah kemudian telah melaksanakan enam ibadah lahir dan enam ibadah batin sebagaimana tersebut di atas, maka pantaslah ia mengaku dirinyalah ahlussunnah waljamaah. Merekalah yang selamat dan terhindarkan dari siksa neraka. Sedangkan yang umat golongan lainnya mereka akan masuk neraka terlebih dahulu disiksa sesuai dengan amal perbuatannya, baru kemudian mereka masuk ke dalam syurganya Alloh Swt. Hal ini berdasarkan hadist Rosullulloh Saw. : "Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan?” Beliau menjawab, Barangsiapa yang taat kepadaku dia masuk surga dan barang siapa yang melanggar perintahku dia tidak mau.” (HR. Bukhari). Kesimpulan penulis, bahwa kalau kita belum melaksanakan ibadah sebagaimana disebut di atas, maka sesungguhnya kita belumlah pantas menunjuk dirinya Ahlussunnah Waljamaah. Pengersa Guru Agungku lah yang Ahlussunnah Waljamaah, sedangkan kita hanya sekedar mengaku-ngaku saja. Namun kalau kita niatkan Ikut saja ke pengersa Guru yakni dengan mengerjakan yang diperintahkan Guru, maka hakikatnya mudah-mudahan kita digolongkan menjadi golongannya yaitu Golongan Ahlussunnah Waljamaah yang kelak akan selamat masuk syurganya Alloh Swt.bersama rombongan orang-orang yang dicintainya. Allohumma Aamiin. Rahasia Diantara Dua Lautan Written By Mahmud Jonsen on Rabu, 28 Mei 2014 | 10.29 Dikisahkan dalam sebuah riwayat, "Suatu ketika Nabi Musa berkhutbah di tengah-tengah Bani Israil, lalu ia ditanya, “Siapakah manusia yang paling dalam ilmunya?” Ia menjawab, “Sayalah orang yang paling dalam ilmunya.” Maka Allah Swt. menyalahkannya karena tidak mengembalikan ilmu kepada-Nya. Allah Swt. kemudian mewahyukan kepadanya yang isinya, “Bahwa salah seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku yang tinggal di tempat bertemunya dua lautan lebih dalam ilmunya daripada kamu.” Musa berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana cara menemuinya?” Maka dikatakan kepadanya, “Bawalah ikan (yang sudah mati) dalam sebuah keranjang. Apabila engkau kehilangan ikan itu, maka orang itu berada di sana.” Jalan Menuju Alloh Menurut shahih Bukhori, Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab menceritakan bahwa beliau mendengar nabi Muhammad Saw. bersabda, “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku”. Mengenai hal ini Imam Ja’far ash-Shadiq menuturkan bahwa setelah Allah berbicara langsung kepada Nabi Musa, menurunkan Taurat kepadanya, dan memberinya berbagai karunia dan mukjizat, sifat kesombongannya yang manusiawi timbul hingga bertuturlah ia, “Aku tidak melihat ciptaan yang lebih berilmu dari padaku”. Lalu Allah Swt. menegur Nabi Musa A.s dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada dipertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu. Mendengar teguran Alloh Swt. itu Nabi Musa A.s sadar akan kesalahannya, dan Nabi Musa A,s memohon kepada Alloh, “Ya Allah, di mana orang ini bisa saya temui? Saya ingin bertemu dengannya dan belajar darinya,” tanya Nabi Musa A.s antusias. Lalu kemudian Allah Swt. menunjukkan sebuah tempat di mana Nabi Musa A.s dapat menemui orang berilmu tersebut, yaitu di pertemuan antara dua lautan, di balik sebuah batu. Agar lebih yakin dan tak salah mengenali orang, Nabi Musa A.s pun meminta tanda identitas orang tersebut. Kemudian Alloh Swt. memerintahkan Nabi Musa A.s membawa seekor ikan dalam wadah berisi air. Ikan tersebut akan menunjukkan arah di mana keberadaan sang ahli ilmu Khidir. Sebagaimana dikisahkan Alloh Swt. dalam Al-Qur'an, surat Kahfi, ayat (60-65) : Artinya, "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya. "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Artinya, "Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu." Artinya, "Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." Artinya, "Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." Artinya, "Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula." Artinya, "Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." Ayat-ayat di atas mengisahkan perbedaan sudut pandang Nabi Khidir yang telah disingkapkan kepadanya alam gaib dan Nabi Musa yang hanya melihat secara indrawi. Kisah ini secara sederhana ingin mengemukakan sedikitnya tiga hal : pertama, alam eksistensi terdiri dari aspek yang tampak (syahadah) dan aspek tak tampak (ghaib); kedua, dua aspek ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi; dan ketiga, pengetahuan seseorang tentang aspek gaib pasti akan mempengaruhi perilakunya di alam nyata. Oleh karena itu, makin luas ilmu gaib yang diberikan Allah pada seseorang, makin berbeda pula perilaku orang itu di alam indrawi. Begitulah pengandaian Nabi Muhammad Saw. yang terekam dalam surah al-A’raf, ayat (188) : Artinya, "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". Rahasia Diantara Dua Lautan Tanpa Tepi Kisah di atas sudah lama terjadi (dulu), akan tetapi bukanlah berarti tidak relevan dengan keadaan sekarang, bukankah "Dulu" itu karena disebutnya sekarang? "Sekarang" pun kalau disebut dikemudian hari menjadi "Dulu". Padahal ayat-ayat Alloh Swt. didalam Al-Qur'an tetap berlaku sejak dari DULU hingga AKHIR nanti. Kisah tersebut diabadikan dalam Al Qur'an, bukanlah berarti merupakan kekurangan dari Nabi Musa A.s. Bukankah Nabi itu Ma'sum? Kisah tersebut dimaksudkan sebagai pelajaran bagi kita Umat Nabi Muhammad Saw. agar kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dikisahkan di dalam Al-Qur'an. Dengan demikian, kalau dikaitkan dengan sekarang, kisah tersebut dapatlah juga kita kaitkan dengan penomena Kemursyidan dalam Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Pondok Pesatren Suryalaya pasca wafatnya Guru Agung Syekh Ahmad Shohibulwafa' Tajul 'Arifin Q.s (Abah Anom). Bagi Ikhwan TQN Suryalaya, kita semua meyakini bahwa beliau pengersa Abah Anom adalah Mursyid Kamil Mukammil, artinya beliau mursyid yang telah sempurna dan dapat menyempurnakan. Sebagai seorang mursyid yang telah sempurna, tentu tingkat keikhlasan beliau dalam beribadah kepada Alloh sangat luar biasa, dirinya telah melebur dalam kehendak-Nya. Demikian juga tingkat keyakinan beliau kepada Alloh pun sudah sedemikian tinggi, sehingga beliau sudah tidak memiliki kehendak lagi, segala sesuatu mengalir mengikuti kehendak Alloh Swt. Bukankah di dalam Khotaman kita senantiasa bermunajat, "Allohumma yaa qoodiyal hajat", yang artinya "Wahai Dzat yang memenuhi segala kebutuhan". Sebagai mursyid kamil mukammil, apakah masih pantas kalau beliau masih banyak meminta berdasarkan keinginannya? Bahkan, termasuk masalah siapakah yang menjadi penerus beliau nantinya sebagai Mursyid TQN PPS ke 38? sampai ketika beliau wafat pun, beliau tidak menunjuk siapa yang menjadi penerusnya. Artinya, semua sudah dipasrahkan kepada Alloh Swt. Bukankah Thoriqoh itu kepunyaan Alloh Swt. Sebagaimana Firman Allah (Q.S. Al-Jin: 16) : وَأَنْ لَوِاسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لأَسْقَنَاهُمْ مَآءً غَدَقًا Artinya: “Sekiranya mereka itu tetap berjalan (bertarekat) di atas jalan yang benar (Tarekat yang benar) niscaya Aku (Allah) akan memberikan kepada mereka meniman yang menghilangkan haus (petunjuk/Tarekat yang menghilangkan kesesatan)” Kemudian, sebagai mursyid yang dapat menyempurnakan, tentu saja berarti beliau mampu untuk menyempurnakan muridnya, sehingga pasti ada muridnya yang telah sempurna dan mampu untuk meneruskan silsilah kemursyidan setelah beliau. Selanjutnya, "Sang Murid yang Disempurnakan" tentu saja Beliau pun tahu kalau ia telah disempurnakan. Jadi hakekatnya yang tahu bahwa pengersa Abah Anom itu kamil mukammil, hanyalah seorang MURID yang telah DISEMPURNAKAN, sedangkan kita ini hanya sekedar ikut saja. Sebagai Murid yang disempurnakan (kamil), sama halnya dengan Gurunya, tingkat keyakinan dan keikhlasannya dalam beribadah kepada Alloh Swt. juga sudah sangat tinggi sekali. Sebagaimana gurunya pengersa Abah Anom, beliau pun sudah pasrahkan segala urusannya kepada Alloh Swt., sebagaimana sabdanya, "TDAK PERLU perlu apa-apa, TIDAK TAHU apa-apa, TIDAK MAU apa-apa". Perlu diketahui bahwa apabila seorang mursyid meninggal dunia maka wajib bagi murid untuk mencari mursyid yang masih hidup sebagai penerus silsilah yang akan membi,bing si murid dalam melanjutkan perjalanan ruhaninya untuk sampai kepada Alloh Swt. melalui jalan thoriqoh, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Abdul Wahab As-Sya'roni di dalam kitabnya Al Anwarul Qudsyiah, sbb : وَ من الواجب عليه إذا مات شيخه أن يتخذ له شيخا يربيه زيادة على ما رباه به الشيخ الأول (كتاب: الأنوار القدسية "Dan wajiblah bagi murid, jika telah mati gurunya, mencari guru lain yang akan membimbingnya sebagai tambahan atas apa yang telah diajarkan oleh guru sebelumnya". Kriteria Mursyid Kamil Mukammil menurut Kitab Khozinatul Asror hal. 194, ialah : 1. Seorang yang pintar (alim), karena yang bodoh tidak akan mampu memberi Irsyad (Petunjuk) 2. Tidak mencintai dunia dan pangkat 3. Baik dalam mendidik Nafsunya (Riyadlotun-Nafsi), seperti sedikit makan dan minum, serta berbicara dan banyak shalat, shadaqah serta berpuasa. 4. Mempunyai sifat dan akhlaq terpuji, seperti : sabar, syukur, tawakkal, yakin, pemurah, qanaah, pengasih, rawadhu, shiddiq, haya, wafa, wiqor dan syukur (untuk lebih jelasnya lihat kitab tersebut). Sedangkan menurut kitab Tanwirul Qulub karangan Syeikh Muhammad Amin Kurdi disebutkan bahwa syarat seorang Guru Mursyid Kamil itu ada 24 syarat, yang ringkasnya adalah Sirah Guru Mursyid tersebut seperti sirah (perilaku) Rasulullah SAW. Diantaranya yang 24 itu adalah : 1. Harus seorang yang alim dalam segala keilmuan yang dibutuhkan oleh para murid. 2. Harus seorang yang arif terhadap kesempurnaan kalbu dan adab-adabnya, serta mengetahui segala bencana dan penyakit nafsu serta cara menyembuhkannya. 3. Seorang yang lemah lembut, pemurah kepada kaum muslimin, khususnya kepada para muridnya. Apabila melihat para muridnya belum mampu untuk melawan nafsunya dan kebiasaannya yang jelak misalnya, Beliau lapang dada terhadap mereka setelah menasehatinya dan bersikap lemah lembut kepadanya sampai mereka mendapat petunjuk. 4. Selalu menutupi segala yang timbul dari aib yang menimpa para muridnya. 5. Bersih dari harta para muridnya serta tidak tamak terhadap apa-apa yang ada ditangan para muridnya 6. Selalu melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan Allah, sehingga segala perkataannya berbekas pada diri para muridnya. 7. Tidak banyak bergaul dengan para muridnya kecuali sekedar perlu dan selalu mengingatkan hal-hal yang baru dalam hal tarekat dan syariah sebagai upaya membersihkan jiwa dan agar beribadah kepada Allah dengan ibadah yang benar. 8. Perkataannya bersih dari berbagai kotoran hawa nafsu, senda gurau, dan dari segala yang tidak bermanfaat. 9. Lemah lembut dan seimbang dalam hak dirinya, sehingga kebesaran dan kehebatannya tidak mempengaruhi dirinya. 10. Selalu memberi petunjuk kepada para muridnya dalam hal-hal yang dapat memperbaiki keadaannya. Dengan demikian selayaknyalah bagi Ikhwan Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah mengetahu siapa Guru ruhaninya yang Zhohir karena kita ini hanya sekedar ikut. Terlebih kita ini masih berada di alam tajrid (nyata), kita membutuhkan pembimbing yang masih dapat DILIHAT, DISENTUH, dan DIDENGAR secara zhohir. Janganlah kita merasa SOMBONG dengan mengatakan bahwa tidak perlu mursyid yang masih hidup, atau menganggap diri kita masih bisa robithoh dengan mursyid yang sudah kembali/pindah alam. Bukankah yang TAHU itu cuma SATU yaitu Mursid yang Kamil Mukammil? yang diberitahu oleh yang MAHA TAHU, yaitu Alloh Swt. Sebagaimana layaknya di alam zhohir, maka untuk mengetahui siapa yang menjadi penerus (estafeta) Mursyid TQN PPS Suryalaya? disamping secara batin, kita juga perlu mencarinya secara zhohir, bisa melalui media-media atau dengan bertemu secara langsung dengan yang kita yakini atau yang diyakini sebagai MURID yang telah disempurnakan sebagai MURSYID dengan disertai keikhlasan membuka HATI kita selapang-lapangnya dan membiarkan kebenaran apa saja untuk memasukinya. "BUKALAH DADA KITA UNTUK MENERIMA KEBENARAN" Rahasia Diantara Dua Lautan : Syekh Ahmad Shohibul Wafa'Tajul Arifin, Qs. (Abah Anom) - Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, Qs. (Abah Aos). FENOMENA HAJAR ASWAD Meskipun banyak pandangan yang berbeda menyikapi sebuah fakta tentang Hajar Aswad, yaitu mengenai jenis batu apa? dan dari mana ia berasal? Akan tetapi saya sebagai seorang muslim meyakini bahwa Hajar Aswad bukan batu sembarangan karena ia memiliki keutamaan di sisi Alloh swt. Apa saja keistimewaan Hajar Aswad dan Rukun Yamani? Kenapa setiap orang yang berthowaf dianjurkan untuk mengusapnya? Simak penjelasan Yahya bin Syarf An Nawawi Asy Syafi’i rahimahullah berikut ini : An Nawawi rahimahullah menjelaskan : Ketahuilah bahwa Ka’bah itu memiliki empat rukun. Pertama adalah rukun Hajar Aswad. Kedua adalah rukun Yamani. Rukun Hajar Aswad dan rukun Yamani disebut dengan Yamaniyaani. Adapun dua rukun yang lain disebut dengan Syamiyyaani. Rukun Hajar Aswad memiliki dua keutamaan, yaitu: [1] di sana adalah letak qowa’id (pondasi) Ibrahim ‘alaihis salam, dan [2] di sana terdapat Hajar Aswad. Sedangkan rukun Yamani memiliki satu keutamaan saja yaitu karena di sana adalah letak qowa’id (pondasi) Ibrahim. Sedangkan di rukun yang lainnya tidak ada salah satu dari dua keutamaan tadi. Oleh karena itu, Hajar Aswad dikhususkan dua hal, yaitu mengusap dan menciumnya karena rukun tersebut memiliki dua keutamaan tadi. Sedangkan rukun Yamani disyariatkan untuk mengusapnya dan tidak menciumnya karena rukun tersebut hanya memiliki satu keutamaan. Sedangkan rukun yang lainnya tidak dicium dan tidak diusap. Wallahu a’lam. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392, 9/14) Berikut beberapa hadist mengenai Hajar Aswad : Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhuu ketika mencium Hajar Aswad, ketika itu beliau mengatakan, “Memang aku tahu bahwa engkau hanyalah batu, tidak dapat mendatangkan manfaat atau bahaya. Jika bukan karena aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, aku tentu tidak akan menciummu.” (HR. Bukhari 1597 dan Muslim 1270) Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. ( HR. Tirmidzi no. 877. Shahih menurut Syaikh Al Albani) Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” (HR. Tirmidzi no. 961, Ibnu Majah no. 2944 dan Ahmad 1: 247. Berikut ini fakta tulisan tentang Hajar Aswad : Hajar Aswad Merupakan Super Konduktor Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda : " Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam ". Selamat malam rekan-rekan, semoga kita semua masih diberikan kesehatan untuk melakukan kebaikan di muka bumi ini, Aamiin.. Tulisan ini diambil dari berbagai sumber yang saya dengan keimanan yang saya miliki mempercayai kebenarannya.. Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, " Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya?, " Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayangnya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.. Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka'bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite (tidak berujung), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka'bah di planet Bumi dengan Ka'bah di alam akhirat. Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama 'Zero Magnetism Area', artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub. Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itulah ketika kita mengelilingi Ka'bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah. Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Ka'bah) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita. Encyclopedia Americana menulis: " Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun sholat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik ". Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas, menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada. Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang teramat terang mememancar dari bumi dan setelah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka'bah. Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya. Prof Lawrence E Yoseph – Fl Whiple menulis: " Sungguh kita berhutang besar kpd orang Islam, sholat, tawaf dan tepat waktu menjaga super konduktor itu ". Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar...! ~ Admin Cinta Hakiki ~ [[ Fauzan Arif ]] http://www.facebook.com/muh.arif.fauzan HAJAR ASWAD Tanda CINTA dari ALLOH Sekiranya orang Islam berhenti melaksanakan Sholat ataupun Tawaf di muka bumi ini,niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini,karena rotasi dari super konduktor yg berpusat di Hajar Aswad tidak lagi memancarkan gelombang elektromagnetik. Beberapa Astronot tlah membuktikan bahwa Mekah adalah pusat(latifah) dari planet Bumi.Fakta ini telah diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah,ketika mereka melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk mengambil gambar Planet Bumi,mereka berkata :"Planet Bumi ternyata menggantung di area yg sangat gelap,tetapi tanah suci Kabah terlihat seperti bintang bersinar,sungguh sangat mengagumkan". Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas: Menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yg mempunyai kadar logam yg sangat tinggi,yaitu 23.000 kali dari baja yg ada,setiap antariksawan yg mengangkasa melihat sesuatu sinar yg teramat terang memancar dari bumi dan setelah diteliti ternyata bersumber dari hajar aswad yg brada di Baitulloh atau Kabah. Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yg berfungsi bagai mikrofon yg sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya. Prof.Lawrence E Yoseph – Fl Whiple menulis: "Sungguh kita berhutang besar kpd orang Islam,sholat tepat waktu,tawaf mengelilingi kabah itu menjaga keseimbangan gelombang elektro magnetik yg ada di hajar aswad sebagai super konduktor yg menjaga keseimbangan alam semesta." Hasil penelitian lebih lanjut,bahwa di planet bumi ada radiasi refleksi cahaya,dan ternyata berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Kabah.Yg mengejutkan adalah radiasi pancaran gelombang cahaya elektro magnetik tersebut bersifat infinite(tidak berujung),hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars,radiasi tersebut masih berlanjut terus.Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Kabah di Planet Bumi yg berpusat di hajar aswad dg Kabah di alam akhirat yg berpusat di "HATI ROSULULLOH SAW",,,,! dan dilanjutkan pada Hati Warosatul Anbiya. sebagai QUTUBUL ALAMIN (Mursyid) yg menjadi sentral titik pusatnya Ruh alam semesta. Batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air.Di sebuah musium di Inggris ada tiga buah potongan batu tersebut (dari Kabah) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu2 tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita. Dalam salah satu sabdanya,Rosulullah SAW bersabda,"Hajar Aswad itu diturunkan dari surga,warnanya lebih putih daripada susu dan dosa2 anak cucu Adamlah yg menjadikannya hitam." ( Jami al-Tirmidzi al-Hajj 877 ) dan Hajar Aswad ditubuh kita adalah HATI...! Hatilah yg memimpin seluruh tubuh untuk sholat yg arahnya ke KIBLAT yaitu ke kabah yg akan menyambungkan gelombang cahaya elektro magnetik itu ke hati kita maka HATI KITA Seperti di Charger atau di cash sehingga hiduplah hati nurani kita memancarkan gelombang elektromagnetik cahaya illahiah,dg syarat mendirikan sholatnya harus khusu sambil INGAT HATI "DZIKRULLOH" kepada pencipta dan pemilik Hajar aswad itu yaitu ALLOH. Subhanalloh,Alhamdulillah,Allohu Akbar,Laa Illaha illalloh,Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya kekuasaan Alloh yg telah meletakan Latifah bumi atau titik sentral super konduktor pada hajar aswad di kabah sebagai pusat gelombang elektro magnetik yg menjaga alam semesta dari kehancuran yg dahsyat atau kiamat dan sekaligus menjaga hati kita dari padamnya cahaya Illahi. Goresan Akhir Romadhan Hakikat Laylatul Qodr. Firman Alloh Swt., "Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemualiaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar". (QS. Al Qodr) "Baca, baca, baca. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu". (QS. Al Alaq). Malam kemuliaan (laylatul qodr) adalah malam dimana Al Qur'an diturunkan. Sehingga ada yang meyakini bahwasanya, laylatul qodr hanya terjadi satu kali, yakni saat Al Qur'an diturunkan sekaligus dari lauhul mahfudz ke langit dunia. Namun ada juga yang meyakini bahwa laylatul qodr terjadi setiap tahun yakni di bulan suci Romadhan, karena Al Qur'an diturunkan pertama kali di bulan suci romadhan. Sunnah untuk mencarinya di sepuluh akhir bulan Romadhan, terutama di malam-malam yang ganjil. Sebagaimana Rosullulloh Saw. pada sepuluh malam terakhir mengencangkan ikatan kain sarungnya, artinya tidak bersetubuh meskipun diperbolehkan, akan tetapi memperbanyak beribadah kepada Alloh Swt. Kaum sufi menafsirkan, laylatul qodr tidak hanya turun di bulan suci Romadhan, akan tetapi dapat juga terjadi kapanpun, ketika seorang hamba menerima hakikat Al Qur'an yaitu saat Rosullulloh Saw. menerima wahyu pertama yang turun di Gua Hira'. Sebagaimana sunnah mencari laylatul qodr di bulan suci Romadhan, demikian pula sunnah bagi umatnya untuk mencari hakikat laylatul qodr, yaitu hakikat Al Qur'an yang diturunkan ke dalam dada Rosullulloh Saw. Malaikat Jibril bersabda “Iqra (bacalah).” Muhammad yang salah duga lalu menjawab: “Ma ana biqirain” (saya tak bisa membaca). Dia menyangka bahwa Jibril menyuruhnya membaca, padahal yang dimaksud yaitu supaya Muhammad mengikuti bacaannya. “Iqra,” tandas Jibril sekali lagi. Hati Muhammad campur aduk, makin kencang berdegup. Dengan tubuh gemetar dan jantung yang berdebar, Muhammad kemudian menjawab: “Ma ana biqirain.” Jibril kembali mendesaknya: “Iqra.” Muhammad kian ketakutan, tetapi dia tetap menjawab: “Ma ana biqirain.” Jibril menatap wajahnya yang salah sangka itu. Muhammad tertegun. Kemudian dengan suara merdu dan berwibawa Jibril bersabda “Iqra bismirabbik (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu).” Hakikat lailatul qodr ialah pahalanya lebih baik dari seribu bulan, artinya suatu ketetapan Alloh Swt. berupa suatu kebaikan untuk hambanya. Sehingga sang hamba menjadi hamba yang bertaqwa yang senantiasa berdzikir kepada Alloh Swt., sebagaimana Firman-Nya, "Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatiumu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai.". dan Firman Alloh Swt, "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." Wallahu'alam bishshowab. IBADAH TIGA UNSUR Written By Mahmud Jonsen on Selasa, 01 Juli 2014 | 14.19 Bismillaahirrohmaanirrohiim, Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw., juga kepada keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang sholeh hingga akhir zaman, aamiin. Tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah utusan Alloh. Alloh Swt. berfirman di dalam Al Qur'an, "Wamaa kholaqnal jinna wal insa illaa liya'buduun". Yang artinya, "Tidak aku ciptakan golongan Jin dan Manusia itu, kecuali untuk meyembah kepada-Ku". (Qs. Adz Dzaariyat : 56). Ibadah Tiga Unsur Yang dimaksud Menyembah sebagaimana dimaksud Firman Alloh tersebut di atas adalah, penyembahan yang dilakukan oleh manusia kepada Tuhannya secara totalitas, yaitu manusia secara utuh/keseluruhan (kaaffah). Dimana manusia yang sempurna ialah terdiri dari tiga unsur, yaitu; unsur jasad, unsur ruh, dan unsur rasa, maka dalam menyembah (ibadah) kepada Alloh haruslah disertai dengan ketiga unsur tersebut. Sebagaimana sabda Rosullulloh Saw.,"Assyari'atu aqwali, wathoriqotu af'ali, wal hakikatu ahwali, wal ma'rifatu ro'sul maali". Yang artinya, "Syari'at itu perkataanku, thoriqoh itu perbuatanku, hakikat itu keadaanku, dan ma'rifat itulah modal yang utama". Berdasarkan hadist tersebut diatas maka ibadah kepada Alloh dapatlah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1. Ibadah Jasad, yaitu ibadah yang dilakukan oleh jasad secara fisik. Pelaksaannya sesuai dengan syarat dan rukun yang sudah ditetapkan oleh aturan dalam hukum dan fiqih Islam berdasarkan petunjuk Rosullulloh Saw. Ibadah ini dinamakan Ibadah Syari'at. 2. Ibadah Ruh, yaitu ibadah yang dilakukan oleh ruh atau ibadah Hati (Qolbu). Ibadah ruh ini dilakukan oleh para Ahli Thoriqoh sebagai kesempurnaan daripada Ibadah Syari'at. Contoh, tafakur atau tawajuh, yaitu berdiam diri dengan berusaha mematikan seluruh aktifitas jasad dan panca indra, menahan/mengatur nafas, dan menghadirkan hati untuk selalu mengingat Alloh Swt. Ibadah ini disebut Ibadah Thoriqoh/Tarekat. 3. Ibadah Rasa, yaitu ibadah yang dilakukan dengan merasakan kehadiran Alloh dalam setiap ia melakukan Ibadah Syari'at dan Ibadah Thoriqoh. Sebagaimana sabda Rosullulloh Saw., ketika beliau sedang bersama dengan para Sahabat, seseorang mendatangi beliau dan berkata, "........ qola mal ihsaanu? apakah Ikhsan itu? Beliau bersabda, "Qolal ihsaanu anta'budalloha ka-annaka taroohu fainnahu yarooka". Yang artinya, "Ikhsan itu beribadahlah engkau kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihat engkau". Ibadah ini dinamakan Ibadah Hakikat/Tasawuf. Adanya pembagian dalam hal ibadah tersebut bukanlah dimaksudkan adanya pemisahan atau ibadah tersebut berdiri sendiri-sendiri, namun ketiga bagian ibadah tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang utuh dikala manusia melakukan penyembahan kepada Alloh Swt. Sebagai contoh, misalnya tiga tingkatan ibadah Puasa di bulan suci Romadhon. Tiga Tingkatan Orang Berpuasa 1. Puasa orang Awam, yaitu puasanya orang-orang pada umumnya, yakni tidak makan dan tidak minum serta tidak bersetubuh di siang hari. Dalam ibadah kategori ini, bisa jadi orang tersebut jasadnya berpuasa, namun disisi lain ia tidak melaksanakan kewajiban-kewajiabn ibadah lainnya, seperti ibadah sholat misalnya, atau ia tidak menjaga seluruh panca indranya. Terhadap puasa kategori ini, bisa jadi puasanya tidak batal, akan tetapi ia tidak mendapat pahala dari puasanya. Sebagaimana sabda Rosullulloh Saw., "Kam min shoo imin laisa lahuu min shiam mihii, illaal juu'u wal 'athsyu". Yang artinya, "Betapa banyak orang-orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan haus". 2. Puasa orang Khusus, yaitu puasa orang-orang yang bukan hanya tidak makan dan minum serta tidak bersetubuh di siang hari, akan tetapi ia juga menjaga seluruh panca inderanya. Menjaga mata, telinga, mulut, dan anggota tubuh lainnya dari hal-hal yang diharamkan. Selain berpuasa ia juga melaksanakan ibadah-ibadah lainnya, baik yang wajib maupun yang sunnah. Misalnya; sholat fardhu, rawatib, tarowih, tadarus, dzikir, banyak berdoa, sedaqoh, sholat malam, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. 3. Puasa Khusus orang yang Khusus, yaitu puasanya orang yang selain ia tidak makan dan tidak minum serta tidak bersetubuh di siang hari, juga menjaga panca indra serta anggota tubuh untuk senantiasa taat kepada Alloh Swt., dan memperbanyak ibadah-ibadah lainnya, ia juga menjaga dirinya dari keinginan-keinginan duniawi yang dapat memalingkan hatinya untuk mengingat kepada Alloh Swt. Ibadah puasa tingkatan orang semacam ini, ibadahnya sudah sangat ikhlas, dan ibadahnya bukan hanya semata-mata untuk dirinya, akan tetapi untuk rahmat sekalian alam. Dari uraian singkat tersebut di atas dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa dalam beribadah kepada Alloh Swt. haruslah totalitas (kaaffah). Tidak hanya sebatas kesanggupan jasad beserta ilmu yang ada di kepala, akan tetapi juga harus dihayati sampai tembus ke dasar lubuk hati yang paling dalam. Sehingga dengan demikian kita dapat beribadah menyembah Alloh Swt. tembus sampai kepada Rasa yang menghantarkan kita kepada pemahaman Hakikat Ibadah kepada Alloh Swt. Tuhan Semesta Alam. Maka baginyalah Alloh Swt. berseru dalam Firmannya, "Yaa ayyatuhannafsul muth mainnah, irji'ii ilaa robbika roodhyatan mardhiyyah, fadkhulii fii 'ibaadii, wad khulii jannatii". Yang artinya, "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di Ridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syugra-Ku". Wallaahu'alam Bishshowab. Thoriqotul Nubuwwah, Thoriqotul Auliyai, Thoriqotul Mu'minin Pengertian Thoriqoh Bermacam-macam para ulama mendefinisikan thoriqoh, namun dari semua difinisi ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa, Thoriqoh adalah jalan yang ditempuh oleh seorang hamba (salik) yang ingin mencapai Ridho Alloh swt.dengan cara melaksanakan berbagai ibadah secara sempurna. Sebagaimana Firman Alloh Swt. : Artinya : Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). (QS.72:16). Thoriqoh/jalan terdiri dari tiga golongan, yaitu; Pertama, Thoriqotul Nubuwwah/jalan Para Nabiyulloh. Para Nabi Alloh merupakan utusan pertama dan utama, karena mereka telah menempati ranking tertinggi dalam pengabdian kepada Alloh Swt. dengan tugas memimpin umat ke arah jalan yang lurus yang ditunjuki-Nya denam derita/cobaan yang dialaminya. Jalan para Nabiyulloh ini dikenal dengan Thoriqotil Nubuwwah, yaitu jalan untuk menjadi Nabi. Bagaimana cara melaksanakan ibadah untuk menjadi Nabi? Jawabnya; saya tidak tahu! Karena thoriqoh ini sekarang sudah tidak ada, jalan-Nya sudah ditutup. Mengapa ditutup? Sebab sudah tidak ada lagi orang yang akan lewat jalan ini, artinya tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Sesuai dengan Forman Alloh Swt. : Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS.33:40). Kedua, Thoriqotul Auliyai/jalan para Waliyulloh. Para waliyulloh ialah mereka yang pada masanya mengikuti jejak para Nabi. Cintanya kepada Nabi Saw. melebihi cintanya kepada anak dan istrinya. Imannya tak tergoyahkan dalam keadaan bagaimanapun. Ingatan, perasaan, dan tujuannya semata-mata hanya ditujukan kepada Alloh Swt. dengan memperbanyak ibadah kepada Alloh dimanapun dan kapanpun senantiasa selalu berdzikir kepada Alloh Swt. Thoriqoh ini sampai sekarang masih ada alias belum ditutup, karena masih ada orang yang akan melewati jalan ini, yaitu para Waliyulloh. Thoriqoh ini boleh diamalkan, namun untuk mengikuti jalan ini harus memenuhi sembilan syarat, yaitu : 1. Taubat dari kemaksiatan, yaitu; menyesali atas perbuatannya yang salah, menghentikan perbuatan dosanya, dan berketetapan hati untuk tidak mengulanginya. 2. Qona'ah, qona'ah artinya ridho dengan sedikitnya pemberian dari Allah. 3. Zuhud, zuhud adalah tidak cinta pada dunia. 4. Tawakkal, tawakkal artinya adalah berserah diri kepada Allah setelah berusaha sekuat tenaga dan fikiran dalam mencapai suatu tujuan. 5. Muhafadzoh alas sunnah, muhafadhoh alas sunnah adalah menjaga perkara sunnah dengan mengamalkan sunnah-sunnah nabi dalam kehidupannya. 6. Ta'allamul Ilmi, ta'allamul ilmi adalah mencari ilmu, maksud ilmu yang diutamakan adalah ilmu untuk tujuan memperbaiki ibadah, membenarkan aqidah, dan meluruskan hati. 7. Ikhlas, ikhlas adalah niat semata-mata karena Allah dan mengharapkan Ridho-Nya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 8. Uzlah, uzlah adalah menyendiri atau mengasingkan diri dari keramaian hiruk pikuk keduniaan. 9. Hifdzul Awqot, hifdzul awqot adalah memelihara waktu, maksudnya adalah mempergunakan waktu seluruhnya untuk melaksanakan keta'atan kepada syari'at agama Alloh dan meninggalkan apa yang tiada berguna. Golongan ini adalah golongan orang-orang yang sholeh yang beriman mengikuti jejak golongan para Nabiyulloh dan memiliki keahlian tertentu. Keahliannya bukan untuk kepentigan diri pribadi berserta keluarganya, melainkan juga untuk kemanusiaan dan agama (mengutamakan mendekatkan diri kepada Alloh). Mereka senantiasa berserah diri kepada Alloh Swt. sebagaimana Firman Alloh Swt. : Artinya : Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS.10:62). Ketiga, Thoriqotul Mu'minin/jalan orang Mu'min, adalah umat Islam yang mengikuti jejak para pendahulu mereka yaitu; para Nabiyulloh dan para Waliyulloh. Mereka tidak merasa keberatan sedikitpun dalam menerima syari'at Islam walau harus mengalami ujian yang tidak henti-hentinya. Sebagaimana dengan Firman Alloh Swt. : Artinya : Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya503, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.(QS.10:125). Bagi umat Islam yang ingin mengikuti jalan/thoriqoh ini tidak dipersyaratkan apa-apa. Hanya ikrar untuk senantiasa mengamalkan dzikir kepada Alloh Swt. dengan mengikuti perintah dan bimbingan Guru yang Mursyid. Namun meskipun tanpa syarat, hasilnya akan sama dengan penempuh jalan/thoriqoh para Waliyulloh, yaitu menjadi insan yang taqwa berhiaskan akhlaq yang mulia. Memiliki sifat-sifat yang terpuji; sabar, syukur, ridho, ikhlas, sikap ramah tamah, muka jernih, dan bermoral luhur yang kesemuanya itu adalah sifat-sifat yang bernilai tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar